Lahan basah
merupakan sumber kehidupan yang sangat vital bagi seluruh mahluk
hidup. Menyadari begitu besar manfaat dan fungsi lahan basah,
beberapa perwakilan negara-negara di dunia telah menandatangani suatu
kesepakatan untuk melestarikan lahan basah yang ada di bumi ini.
Kesepakatan yang dikenal dengan Konvensi Ramsar ini tepatnya
terjadi pada tanggal 2 Februari 1971 di kota Ramsar, Iran. Indonesia
masuk menjadi anggota Konvensi Ramsar pada tahun 1991 dengan
diterbitkannya Keppres 48 th 1991 yang merupakan Ratifikasi Konvensi
Ramsar di Indonesia.
Setiap anggota
Ramsar berhak mendaftarkan lokasi-lokasi lahan basahnya yang diakui
memiliki kepentingan intenasional. Indonesia, hingga saat ini telah
mendaftarkan tiga lokasi lahan basah penting dan sudah menjadi situs
Ramsar, yaitu Taman Nasional Berbak, Prov. Jambi (tahun 1992), Taman
Nasional Danau Sentarum, Prov. Kalimantan Barat (tahun 1994), dan
terakhir Taman Nasional Wasur, Prov. Papua yang juga telah diakui
sebagai lahan basah penting internasional dibawah Konvensi Ramsar
pada tahun 2006.
Konvensi yang pada
awalnya lebih berfokus pada masalah burung air dan burung migran,
selanjutnya berkembang kepada kesadaran keutuhan lingkungan dan
konservasi, termasuk keanekaragaman hayatinya, bahkan kesadaran
tersebut saat ini lebih bermulti fokus menyangkut seluruh aspek
kehidupan manusia.
Pada tahun 1996,
sebagai salah satu hasil pertemuan para anggota Konvensi Ramsar,
ditetapkan bahwa tanggal 2 Februari adalah Hari Lahan Basah
Sedunia, yang diharapkan para anggota memperingatinya di negara
masing-masing*2.
Pada tingkatan
paling sederhana. Lahan basah (wetland) adalah suatu daerah
yang digenangi oleh air yang menyokong kehidupan tumbuhan akuatik.
Pada kenyataannya lahan basah meliputi mulai dari daerah yang secara
periodic banjir hingga ke tanah yang secara permanen menjadi jenuh
selama musim pertumbuhan.*1
Tetapi seiring waktu
tidak hanya perbaikan yang terus digalakan, melainkan juga beberapa
kerusakan turut serta mengiringi. Akibatnya, berkurang dan hilangya
berbagai populasi flora-fauna yang tergantung pada keberadaan lahan
basah berdampak langsung dengan lahan basah sebagai sumber
perekonomian. Kualitas lingkungan yang semakin memburuk menurunkan
produktivitas ikan dan sumber daya lain. Petani tambak dan nelayan
tradisional semakin terpuruk.
Selanjutnya,
bagaimana Anda menyikapinya?
Reffrensi
*1 Campbell, dkk,
2004, Biologi Jl 3 Ed. 5, Jakarta : Erlangga
*2 Triana, 2011,
Laporan Kegiatan Hari Lahan Basah Sedunia, 2 Februari 2011,
tanggal 19 Februari 2011, Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar